Sabtu, 29 Oktober 2011

Makalah Penelitian

PENGUMPULAN DATA DENGAN TEKNIK OBSERVASI PARTISIPASI
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
 Oleh  Bohri Rahman
1.      PENDAHULUAN
Pada sebuah penelitian, data adalah hal yang termat penting. Karena sesungguhnya sebuah penelitian merupakan kajian terhadap data-data dari suatu penomena yang alamiah atau rekayasa manusia. Karena itu kevalidan data  akan sangat menentukan hasil akhir sebuah penelitian. Di sinilah teknik pengumpulan data  menjadi penting. Karena hanya dengan teknik pengumpulan data yang benar yang akan menghasilkan data yang benar.
Demikian juga halnya dengan penelitian Bahasa yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagai sebuah pendekatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh parapeneliti di bidang-bidang sosial. Pendekatan kualitatif sebagaimana juga penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif sangat mementingkan data yang akurat dengan menggunakan teknik yang akurat pula.
Dalam penelitian kualitatif terkadang terjadi relasi yang sangat kuat antara teknik pengumpulan  data dengan teknik analisis data. Akan  tetapi dalam makalah ini saya akan membahas teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi partisipasi secara terpisah dari teknik analisis data, dengan tujuan dapat lebih memahami teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi partisipasi dalam penelitian kualitatif. 
2.      Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
Fraenkel dan Wallen (2007:449)  menyebutkan bahwa penelitian kualitatif menggunakan tiga bentuk teknik dalam pengumpulan data, yaitu (1) teknik observasi partisipasi, (2) teknik wawancara mendalam, dan (3) teknik analisis dokumun. Sementara itu, Bugin (2008:108) menambahkan teknik tersebut yaitu (4) bahan visual, dan (5) penelusuran bahan internet. Dalam makalah ini saya hanya akan membahas bentuk teknik pengumpulan data nomor 1 saja, yaitu teknik observasi pastisipasi. Dengan tujuan untuk lebih mendalami dan memahami teknik pengumpulan data yang dimaksud.
3.      Teknik Observasi Partisipasi
Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan pengindraan yang dilakukan manusia (pengamat), dimana dalam pengindraan tersebut pungsi pengelihatan sangat mendominasi,  sementara alat-alat indra yang lain seperti telinga, hidung dan lainnya berperan sebagai pembantu  (Bugin,2007:115). Jadi, dapat dikatakan bahwa seorang pengamat dalam melakukan pengamatan tidak hanya menggunakan pungsi pengelihatan saja,  melainkan juga menghubngkan apa yang dilihatnya dengan hasil kerja indra lain, seperti apa yang didengarnya, apa yang diciumnya, dst.
Berdasarkan pemahaman observasi di atas maka yang dimaksud dengan teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bugin,2008:115).
Menurut Bugin (2008:115) Pengamatan baru akan dikatakan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memenuhi kriteria berikut:
a.      Pengamatan digunakan dalam penelitian dan sudah direncanakan.
b.      Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
c.       Pengamatan dicatatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik bagi peneliti.
d.      Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
Dalam pelaksanaannya, teknik ini merupakan suatu yang  dilematis, karena pengamat harus terjun langsung dan hidup bersama dengan objek yang diobservasinya. Masalah lain yang sering muncul adalah mengenai pencatatan temuan pengamat. Apabila pengamat melakukan pencatatan langsung, seringkali objek observasi terkesan membuat-buat apa  yang dilakukannya. Atau mungkin juga mereka (objek observasi)  akan menolak untuk diobservasi. Namun jika pengamat tidak melakukan pencatatan secara langsung kemungkinan besar pengamat tidak secara lengkap mendeskripsikan temuannya.
Kaitannya dengan hal yang seperti di atas, maka pengamat sangat perlu memperhatikan dan membina hubungan sebaik mungkin dengan objek observasinya. Dengan demikian suasana  yang mendukung terciptanya observasi akan terwujud.  Obyek observasi tidak merasa curiga pada pengamat. Tapi, kadang kala hubungan yang baik juga bisa membuat pengamat lupa pada keterbatasan waktu dan keterbatasan partisipan itu sendiri. Oleh karena itu, kesadaran diri pengamat sangat dibutuhkan agar tujuan observasi yang dilakukan dapat tercapai dengan baik. Jenis observasi lain yang dapat termasuk observasi partisipasi adalah :
a.      Teknik observasi tidak berstruktur
Observasi tidak berstruktur merupakan observasi yang dilakukan tanpa panduan observasi. Dengan demikian,  pada observasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu obyek.
b.      Observasi kelompok
Bentuk lain dari observasi adalah observasi kelompok. Bentuk observasi ini dilakukan secara berkelompok untuk mengamati suatu objek atau beberapa objek sekaligus.
Dalam melakukan observasi, pengamat harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
a.      Hal apa yang hendak diamati
Seorang pengamat  yang datang ke lapangan dengan tujuan untuk meneliti terkadang akan mengalami kebingungan dalam melakukan pengamatannya. Karena sering kali suasana objek pengamatan tidak sama dengan apa yang dibayangkan oleh si pengamat.  Dalam kondisi ini, pengamat akan dituntut harus mampu mengerucutkan permaslahan yang ia temukan kemudian ia kaitkan dengan tujuan penelitian.  Dalam kondisi inilah pengamat harus mampu dengan cermat menentukan hal-hal apa yang hendak diamati, yang merupakan penjabaran dari tujuan penelitian.
b.      Bagaimana mencatat pengamatan
Bugin(2008:118) menyebutkan paling tidak ada tiga kesulitan pengamat ketika harus mencatat apa yang diamatinya, yaitu:
1.      Apabila peristiwa yang diamati berlangsung dengan amat cepat.
2.      Pencatatan biasanya akan mengganggu pengamtan karena harus membagi perhatian.
3.      Obyek pengamatan menunjukkan sikap mengubah diri, bahkan keberatan apabila tahu bahwa dirinya diamati dan dicatat.
Berdasarkan kesulitan-kesulitan tersebut menurut Bugin (2008:118) pengamat harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1). Waktu pencatatan
Waktu yang paling baik untuk mencatat semua kejadian adalah pada saat kejadian itu berlangsung. Karena hal ini dapat menghindari bias akibat kealpaan pengamat. Tetapi pengamat tentunya harus dapat meyakinkan partisipannya agar mau diamati dan memastikan bahwa pengamatan yang dilakukan tidak berbahaya bagi partisipan.
2). Cara mencatat
Apabila pencatatan tidak mungkin dilakukan secara langsung. Maka pencatatan yang dilakukan sebaiknya dengan mencatat kata-kata kunci. Selanjutnya kata-kata kunci itu nantinya akan dijabarkan kembali dengan sebaik mungkin oleh pengamat.
3). Mencatat di sela pengamatan.
Mencatat di sela-sela pengamatan merupakan alternative bagi pengamat yang tidak mungkin mencatat tiap kejadian secara langsung kerena kegiatan tertentu. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari bias sebagai akibat kealpaan pengamat sendiri.
a.      Alat bantu pengamatan
Untuk menjaga kevalidan data, seorang pengamat sebaiknya menggunakan alat bantu pengamatan seperti kamera, atau tape rekorder.  Namun demikian pemakaian alat bantu pengamatan ini juga tidak terlepas dari masalah-masalah.  Terutama menyangkut masalah bagaimana alat tersebut dapat berfungsi dengan baik tampa mengganggu objek pengamatan. Ada beberapa kesulitan mendasar dalam hal ini yaitu diantaranya :
1)      Apakah alat bantu berfungsi dengan sebaik-baiknya.
2)      Apkah penggunaan alat bantu tidak akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku objek yang diamati.
3)      Apakah penggunaan alat bantu efektif, atau malah dapat mengubah situasi pengamatan.
b.      Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati.
Pada pengamatan yang objeknya bukan manusia masalah subjektivitas tidaklah menjadi masalah yang penting. Akan tetapi lain halnya untuk pengamatan yang objeknya manusia. Pada pengamatan yang objeknya manusia kemungkinan subjektivitas yang dilakukan oleh pengamat sendiri menjadi sangat terbuka. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh kedekatan pengamat dengan subjek yang diamatinya. Keintimannya dengan subjek yang diamati akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh objeknya sehingga tindakan objek tidak lagi terjadi secara alamiah, sesuai yang ingin diketahui oleh pengamat.
Tetapi disisi lain. Masalah akan muncul, ketika pengamat hidup dilingkungan objek pengamatan sebagai orang asing dengan tingkah laku yang aneh. Hal ini akan mendatangkan kecurigaan pada objek pengamatan sehingga mereka bias jadi menolak untuk diamati. Atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan tindakan yang alami.
Disinilah pengamat harus benar-benar bisa menempatkan dirinya. Pengamat harus bisa menjaga jarak dirinya dengan objek yang diamatinya. Salah satu caranya adalah dengan mendekati tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berperan disana agar kecurigaan itu dapat terhindarkan.
4.      Kelebihan dan Kekurangan Teknik Observasi
1.      Kelebihan Observasi
Menurut Satori dan Komariah (2009:125) teknik observasi memiliki banyak klebihan, diantaranya adalah:
a.      Peneliti mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga data yang diperoleh akurat.
b.      Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
c.       Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalaman.
d.      Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks
e.      Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan konstribusi dengan mengijinkan untuk diobsevasi.
f.        Observasi memungkinkan untuk pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan oleh teknik lain.
2.      Kekurangan Observasi
Kekuarangan teknik observasi antara lain sebagai berikut:
a.      Memakan waktu yang lama.
b.      Tergantung pada kepiawaian pengamat.
c.       Pengamat bisa mempengaruhi prilaku partisipan.
d.      Pengamat yang berperanserta kurang memiliki waktu untuk mencatat hasil pengamatannya.
e.      Observasi kadang menghasilkan data yang kadang tidak sistematis sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.
5.      Validitas dan Relibilitas Observasi
Data  yang diperoleh dengan teknik observasi memang rentan bias seperti sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Kevalidan data hanya bisa dijaga pada saat pencatatan berlangsung. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengamat ketika melakukan pengamatan antara lain menurut Prodait (Satori dan Komariah,2009:128):
1.      Peneliti selalu siaga dengan catatan lapangan sehingga setiap tambahan atau kejadian tak biasa bisa dicatat.
2.      Catatan lapangan biasanya ditulis setelah observasi dan saran dibuat sedini mungkin karena karena ingatan mengenai kejadian masih sangat segar.
3.      Mengobservasi dengan menggunakan satu jadwal akan membantu peneliti menekan ketidak pastian.
4.      Relibilitas observasi berasal dari konsistensi pengamat.
5.      Idealnya, lebih dari satu orang pengamat yang hadir pada sebuah kejadian dengan demikian akan ada kesepakatan anatara pengamat mengenai apa yang telah terjadi dan bagai mana pengkodeannya.
6.      DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bugin, Burhan. Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana
Fraenkel, jack R. dan Wallen, Norman E. How to Design and Evaluate Research in
       Education. New York: Mc Graw Hill.
Sarwono, jonatan. Metide Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Rosda Karya





















PENGUMPULAN DATA DENGAN TEKNIK OBSERVASI PARTISIPASI
DALAM PENELITIAN KUALITATIF











OLEH: BOHRI RAHMAN
NIM: 0909618

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar