Sabtu, 29 Oktober 2011

Hakikat Keterampilan Menyimak

Hakikat Keterampilan Menyimak.
Penting bagi kita untuk memahami hakikat menyimak. Logan (Shihabuddin,2009:165) menjelaskan bahwa hakikat menyimak itu terdiri dari menyimak sebagai suatu sarana, menyimak sebagai suatu keterampilan, menyimak sebagai seni, menyimak sebagai suatu proses, meyimak sebagai dan menyimak sebagai pengalaman kreatif. Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut
1.      Menyimak sebagai sarana
Menyimak sebagai sarana merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui tahap mendengar kombinasi bunyi yang dikenal, kemudian memersepsi apa yang didengar itu kemudian menginterpretasi, memahami dan selanjutnya merespon makna bunyi tersebut.
2.      Menyimak sebagai keterampilan
Menyimak sebagai suatu keterampilan berarti bahwa menyimak yang dilakukan itu bertujuan untuk berkomunikasi. Pada proses ini menyimak melibatkan keterampilan aural maupun oral. Dengan demikian, jelaslah perbedaan antara mendengar dengan menyimak, jika mendengar hanya merupakan proses persepsi bunyi sementara menyimak merupakan proses pemberian makna pada simbol-simbol aural.
3.      Menyimak sebagai seni
Menyimak sebagai seni berarti dalam proses menyimak, penyimak melakukan proses seperti pada saat mempelajari seni musik, seni rupa, seni arsitektur, atau seni peran. Dalam hal ini diperlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, konprehensi dan evaluasi.
4.      Menyimak sebagai suatu proses
Menyimak sebagai suatu proses adalah suatu proses keterampilan-keterampilan yang konpleks. Hal inilah yang mendasari bahwa menyimak harus diajarkan. Irwin dan Rosenberger (Shihabiddin,2009:166) mengemukakan empat langkah dalam menyimak yaitu:
a.       mendengar
b.      memahami
c.       mengevaluasi
d.      mereson
Selanjutnya Shihabuddin (2009:167) menjelaskan pada tahap pertama seseorang mendengar sederetan bunyi yang disebut kata, kemudian pada tahap kedua memahami makna kata-kata dalam konteks yang didengar kemudian mengevaluasi apakah akan menerima atau menolah ide yang diekspresikan pendengar, baru kemudian merespon.
5.      Menyimak sebagai respon
Menyimak sebagai respon yaitu memberikan tanggapan secara efektif. Dengan demikian penyimak harus memiliki pancaindra yang baik sehingga mampu menginterpretasi pesan yang disampaikan dengan baik, jika menginterpretasinya baik maka respon yang diberikan pun akan baik.
6.      Menyimak sebagai pengalaman kreatif
Pada bagian menyimak jenis ini simakan meliabatkan pengalaman yang ditandai oleh kesenangan, kenimatan dan kepuasan.
Hakikat Komprehensi Menyimak
Menurut  Anderson dan Lynch (Shihabuddin,2009:167) menyimak dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menyimak resiprokal dan menyimak nonresiprokal. Menyimak resiprokal ialah menyimak yang melibatkan interaksi antara penyimak dan pembicara. Misalnya, ketika menyimak pemaparan dosen ketika kuliah. Menyimak nonresiprokal yaitu menyimak yang tidak melibatkan interaksi antara pembicara dengan penyimak. Misalnya ketika menyimak berita di radio.
Untuk memahami bahan simakan, penyimak harus mengintegrasikan secara simultan keterampilan-keterampilan berikut, yaitu (Shibuddin,2009:168):
1.      keterampilan mengidentifikasi bunyi-bunyi;
2.      keterampilan memotong arus ujaran ke dalam kata-kata;
3.      keterampilan memahami arti kata;
4.      keterampilan memahami makna kalimat dalam ujaran;
5.      keterampilan merumuskan suatu respons yang tepat.
Disamping keterampilan-keterampilan linguistik penyimak harus juga memiliki pengetahuan dan keterampilan nonlinguistik. Pengetahuan dan keterampilan ini meliputi tujuan menyimak yang tepat, memiliki pengetahuan kultural, dan memiliki latar belakang pengetahuan yang tepat (Shihabuddin,2009:168).
Dalam menganalisis komprehensi menyimak, Richards (Shihabuddin, 2009:168) membedakan antara menyimak konvensional dan menyimak akademik. Menyimak konvensional adalah menyimak ujaran pada situasi tidak resmi, sedangkan menyimak akademik adalah menyimak dalam situasi resmi, misalnya menyimak kuliah dan lainya yang bersifat akademik.
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
1. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
2. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
3. Unsur Penyimak / Siswa
a.  Kondisi siswa dalam keadaan baik
b. Siswa harus berkonsentrasi
c. Adanya minat siswa dalam menyimak
d. Penyimak harus berpengalaman luas
4. Unsur Situasi
a. Waktu penyimakan
b. Saran unsur pendukung
c. Suasana lingkungan

Persepsi Ujaran

PERSEPSI UJARAN
Oleh : Bohri rahman
Zaidatul Arifah

A.      PENDAHULUAN
Ketika kita mendengar orang lain bicara. Kita merasakan hal itu dengan wajar saja. Bahkan mungkin kita bisa mendengarkannya sambil mengerjakan pekerjaan lain. Kita tidak menyadari kalau ujaran yang diujudkan dalam bentuk bunyi itu merupakah hal yang komplek. Hal ini akan terasa ketuka kita mendegar orang dalam bahasa asing, kita akan mendengarkan penutur dengan perhatian yang tinggi, bahkan mungkin kita menerjemahkan ucapannya perkata baru kita dapat memahami kalimat yang disampaikan.
Masalah yang dihadapi oleh pendengar adalah bahwa pendengar harus meramu setiap bunyi yang dikeluarkan penutur sehingga menjadi kata yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks ketika kata itu diucapkan. Mungkin, bagi penutur asli hal ini tidaklah menjadi masalah, tetapi lain halnya bagi jika pendengarnya adalah orang asing. Hal ini bisa menjadi sangat rumit. Karena bisa menimbulkan perepsi yang yang lain dari makna kata itu yang sesungguhnya.
Masalah lain juga akan muncul ketika ucapan itu dituturkan dengan tempo yang cepat. Seperti misalnya dalam bahasa inggris orang rata-rata mengeluarkan 125-180 kata tiap menit ( Dardjowidjodjo,2008:31). Disamping kecepatan ujaran, kadang kala bunyi-bunyian tidak diucapkan secara utuh tetapi seperti lebur dalam bunyi yang lainnya. Kita sebagai pendengar harus bisa menentukan mana ikut yang mana. Dengan demikian kita akan bisa memersepsi ujaran itu dengan baik, hal semacam ini merupakan masalah segmentasi ujaran (Jay,2004:60). Masalah segmentasi ini menuntut kita untuk mampu memilih dan menggabungkan kata-kata yang tertindih itu agar pemahaman yang kita dapatkan utuh, hal ini merupakan itegrasi yang dilkukan dalam memersepsi ujara-ujaran tersebut.
Selain masalah segmentasi dan integrasi, ketika kita mempelajari persepsi ujaran maka kita akan mengakat beberapa kasus berikut ini (Jay, 2004:60)
1.      Apakah persepsi ujaran kapasitas pendengaran umum atau proses bahasa tertentu?
2.      Apakah ada khusus "modul" untuk ujaran dalam otak manusia?
3.      Apa adalah objek "" persepsi ujaran? fonem A? suku kata A?
4.      Bagaimana bayi mempelajari bunyi bahasa aslinya?
Namun demikian dalam pembahasan ini, pembahasan akan lebih dikerucutkan mengingat pembahasan ini mengenai psikolinguistik makan dalam makalah ini yang aka dipaparkan adalah sebagai berikut:
a.       Garis komponen ujaran yang diucapkan
b.      Menjelaskan sifat artikulasi dan akustik ujaran
c.        Outline bagaimana proses segmen pendengar dan berkesinambungan ujaran ujaran
d.      Diskusikan pengembangan biologis ujaran persepsi
e.       Menjelaskan model ujaran persepsi

Identifikasi segmen ujaran adalah sebuah proses bertingkat. Sensasi adalah tahap pertama, ketika telinga manusia mendeteksi suara dari lingkungan adalah pendaftaran bahwa sesuatu adalah mendengar, bahwa suara itu terdengar.
Analisis, dilakukan untuk mengenali atau mengidentifikasi suara dengan cara pencocokan itu sampai representasi yang tersimpan dalam memori. Identifikasi adalah proses menghubungkan arti dan makna emosional untuk pesan. Mungkin tempat yang baik untuk memulai studi tentang persepsi ujaran adalah mengidentifikasi struktur ujaran.

PROSODI.
         Prosodi adalah properti suprasegmental berbicara, mengacu pada sifat suara. segmen ujaran fitur prosodi bervariasi dalam berbahasa. Prosodi ini menyangkut intonasi, tekanan (aksen), jeda, tingkat, dan durasi (panjang).
Vocal pitch ditentukan oleh seberapa sering pita suara pembicara bergetar. Semakin cepat mereka bergetar, semakin tinggi pitch vokal. Intonasi mengacu pada perubahan pengucapan ketika penutur menggunakan bahasanya, apakah seseorang penutur membuat pernyataan atau mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan akan menghasilkan kontur intonasi naik, semakin tinggi pada akhir kalimat. Sementara peryataan berakhir dengan pola intonasi jatuh.
Informasi prosodi membantu menentukan arti kata, frase, atau utterance. Stres atau aksen mengacu pada panjang, kenyaringan, atau nada sebuah suku kata. Sebuah suku kata menekankan memiliki panjang relatif lebih besar, kenyaringan, atau pek dari rekan-rekan yang lemah. Sebagai contoh, kata record  dapat merujuk pada suatu obyek atau tindakan. Artinya kata atribut untuk string tergantung pada bagaimana ditekankan. Record (Rekam), dengan tekanan pada suku kata pertama, akan bermakna nomina; Record (Rekam), dengan tekanan pada kata kerja.
Perhatikan bahwa aksen tidak berarti "dialek," juga tidak merujuk kepada perbedaan bahasa asing dalam pengucapan. yang suku kata adalah aksen atau ditekankan oleh pembicara. Dengan mengacu pada ujaran, tingkat mengacu pada jumlah segmen ujaran (fonem atau kata-kata) diproduksi atau dianggap per detik. Dengan meningkatnya tingkat ujaran, ucapan menjadi lebih sulit bagi pembicara dan pemahaman menjadi lebih sulit bagi pendengar. Berbicara menghasilkan informasi tentang ujaran berkurang, karena isyarat akustik tersedia untuk jangka pendek sebagai alat bantu analisis. Ujaran tingkat pengaruh rhythmicity ujaran. Martin,1972 (Jay,2004:61) berpendapat bahwa salah satu petunjuk untuk informasi penting dalam ujaran bahasa Inggris yang fasih adalah iramanya. Informasi penting dalam bahasa Inggris cenderung akan diserahkan pada interval stres, seperti ketukan nada dalam musik. Prosodi juga memberikan isyarat penting untuk arti ucapan emosional. Tingkat kecemasan berbicara memungkinkan sinyal pembicara, dan berbicara lebih lambat dapat sinyal depresi. pitch Vocal adalah informasi ujaran bernada tinggi dapat mempengaruhi sinyal positif, sedangkan ujaran bernada rendah mungkin lebih menunjukkan kesedihan atau depresi.

FONEM
        Fonem adalah suara khas dari suatu bahasa yang memungkinkan kontras. fonem adalah segmen kontrastif fonologis ujaran yang nyata diperkirakan oleh sebuah aturan. Fonem dapat dianggap sebagai unit fonologi ujaran ( jay,2004:62) . Jika fonem dalam kata kata berubah, maka arti kata itu juga akan. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan melihat kata dan suara kontras di pasangan kata yang disebut pasangan minimal. Perbedaan fonologis antara dua kata masing-masing pasangan adalah minimal karena kata-kata yang sama kecuali untuk segmen satu suara yang terjadi di tempat yang sama dalam string suara. Sebagai contoh, padi-padu, rasa-raja, mari-lari-tari, pada kata-kata tersebut terjadi perubahan makna ketika fonem yang  berubah. Bila fonem dalam anggota pertama sepasang minimal berubah, maka persepsi kata akan berubah.
        Fonem adalah representasi abstrak dari unit fonologi suatu bahasa. Segmen fonetik adalah anggota dari suatu kategori suara yang kontrastif. Sebuah fonem merupakan refresentase dari sebuah kelas suaran pada suatu bahasa yang telah disepakati bersama. Pertimbangkan fonem /p/ dalam bahasa Inggris, ini adalah satu set suara yang sangat mirip tapi tidak persis sama. Bandingkan /p/dalam spin yang sama dengan pin. Letakkan tangan Anda di depan bibir Anda dan masing-masing berkata dengan suara keras, Perhatikan bahwa ada embusan udara di pin yang hilang dalam spin. Itu hembusan udara aspirasi, kita bisa mengatakan bahwa /p/ aspirasi ( p dengan hembusan napas).
        Suara yang berbeda, yang diklasifikasikan sebagai satu fonem disebut allophones. penutur bahasa Inggris mengklasifikasikan dua suara /p/  yang berbeda sebagai salah satu fonem. bahwa / p / yang disertai dengan hembusan napas  dan /p / tidak disertai hembusan napas  adalah berbeda. Suara  yang dianggap sebagai  [ph] . Adalah alofon dari / p /. Suara  biasa diwakili dalam tanda kurung seperti itu merupakan alofon dengan hembusan napas dan [p] yang tidak disertai hembusan napas merupakan alofon dari / p /. Suara ini menggantikan yang lain tidak mengubah arti dari segmen karena dalam pasangan minimal. Pipe dimulai dengan versi dengan hembusan napas dan berakhir dengan versi tampa hembusan napas. Penggantian /Ph/ dengan / p / tidak mengubah arti kata (Jay,2004:62).
         Hal yang penting adalah bahwa fonem adalah sebuah kategori persepsi suara yang dipelajari melalui pengalaman dengan bahasa asli. Kategori berbicara dan mendengar membangun kesamaan di alofon tetapi perbedaan dari satu fonem yang lain. Representasi fonemik kata-kata, bersama dengan aturan fonologis bahasa, menentukan bagaimana segmen suara yang diucapkan.

FONOLOGI
        Fonologi termasuk satu set fonem dalam suatu bahasa tertentu dan satu set aturan untuk menggabungkan string dari fonem, melalui pengalaman dengan bahasa pertama. Pengetahuan fonologi mencakup aturan taktik untuk apa kombinasi fonem yang diperbolehkan. Bahasa Inggris tidak memiliki kata yang dimulai dengan kombinasi suara seperti / stl / atau / tl /. Kata fonotatik didasarkan pada suku kata . Hanya kelompok yang dapat memulai suatu suku kata yang dapat digunakan untuk memulai sebuah kata, dan hanya cluster yang dapat mengakhiri suku kata yang bisa mengakhiri sebuah kata. kata Multisyllabic mengikuti aturan phonotactic seperti yang kita dapat memiliki dua suku kata seperti membangun tetapi tidak karena kita tidak dapat menginisialisasi suku kata kedua dengan aturan bervariasi dari bahasa ke bahasa.
Tidak semua kombinasi suara diperbolehkan bentuk "nyata" kata-kata. Beberapa suara tidak akan diakui sebagai kata-kata. Sebagai contoh, shime adalah string yang diperbolehkan dari suara dalam bahasa Inggris, tetapi tidak sepatah kata pun. Sedangkan suara shime seperti kata dalam bahasa Inggris namun tidak string seperti tidak terdengar sebagai kata dalam bahasa Inggris, bahkan kata omong kosong. Padahal kata Shime tidak melanggar aturan phonotactic dalam bahasa Inggris.

CROSS-LINGUISTIK FONETIK
Fonologi adalah sistem bunyi bahasa, yang mencakup inventarisasi suara-suara (unit fonetik dan fonemik) dan aturan untuk bagaimana mereka dapat dikombinasikan. Sistem fonologis bahasa menggunakan sejumlah fonem terbatas untuk menghasilkan jumlah ujaran tak terbatas. Ini berarti bahwa seperangkat kecil fonem dapat dikombinasikan dan rekombinasi untuk menghasilkan serangkaian kata-kata dan kalimat. hanya menggunakan empat puluh enam fonem yang berbeda dan satu set aturan fonologis untuk  lebih dari 100.000 kata-kata.
        Setiap bahasa telah menetapkan sendiri aturan fonologis fonem. Yang merupakan suara  berarti dalam satu bahasa dapat diabaikan di negara lain. Seorang pembicara bahasa Indonesia mungkin telah belajar untuk mengabaikan kontras yang bermakna dalam bahasa asing. Penutur berbahasa Inggris mendengar / k / seperti pada kata key dan cool sebagai alofon dari konsonan yang sama. Dalam bahasa Arab, masing-masing suara adalah fonem yang berbeda. Katakanlah masing-masing kata untuk diri sendiri, dan Anda dapat merasakan dan mendengar sedikit perbedaan dalam bagaimana suara yang dihasilkan. Sebaliknya, penutur Bahasa Jepang mengalami kesulitan membedakan antara / r / dan / l / dalam bahasa Inggris. speaker Spanyol mungkin tidak mendengar kontras antara Inggris / s / dan / z /. Satu pertanyaan penting di sini adalah mengapa bahasa datang untuk menggunakan suara yang mereka lakukan. Hal ini disebabkan bahwa ujaran dibatasi oleh keterbatasan pada perangkat keras artikulasi dan pendengaran. Dari ratusan suara yang dapat diproduksi, hanya sedikit kombinasi yang disukai.
        Struktur sistem vokal lintas bahasa adalah teratur sebagai Conso dominan, bahkan mungkin lebih. sistem suara, dan set vokal yang digunakan dalam bahasa-bahasa dengan jumlah yang sama, vokal memiliki banyak kesamaan. Sebagian besar bahasa yang menggunakan sistem lima-vokal cenderung menggunakan lima vokal yang sama. Manusia telah berevolusi satu set bahasa untuk banyak bahasa, tetapi perbedaan bahasa kita lgunakan untuk menunjukkan komunitas fonetik sistematis. Mari kita lihat lebih dekat sifat artikulasi dan akustik fonetik bahasa Inggris.


ARTIKULASI FONETIK
Gambar berikut menunjukkan tampilan penampang organ yang terlibat dalam ujaran. Membatasi aliran udara dengan cara yang berbeda sepanjang saluran suara menghasilkan bunyi-bunyi ujaran. Dalam beberapa kasus, napas sudah benar-benar tertutup, karena suara lainnya, satu atau lebih organ ujaran diantara pita suara dan bibir menghalangi aliran udara. aliran udara ini juga dipengaruhi oleh posisi mulut, lidah, dan rongga hidung. Memvariasikan tempat obstruksi, jumlah udara, dan bagaimana suara bergema atau bergetar menghasilkan konsonan dan vokal.
                            
                                                  

Keterangan gambar
Tempat artikulasi: 1, bilabial, 2, bibir-gigi, 3, interdental; 4, alveolar, 5, palatal, 6, velar; 7, uvular, 8, glottal. (Jay,2004:65)

Gambar tersebut menunjukkan lokasi untuk memproduksi delapan jenis artikulasi: bilabial (menggunakan kedua bibir), bibir-gigi (dengan bibir terhadap gigi), interdental (antara gigi), alveolar (terhadap punggung belakang gigi atas), palatal ( melawan langit-langit keras), velar (melawan langit-langit lunak), uvular (menggunakan anak lidah), dan glotal (di tenggorokan).
artikulasi konsonan berbeda dari artikulasi vokal, konsonan selalu melibatkan penutupan atau penutupan sebagian jalan napas. Vokal dibedakan dengan cara resonansi yang lama di mulut atau lubang hidung. Konsonan dihasilkan sangat cepat dan dinamis, sementara vokal lebih panjang dan stabil.

KONSONAN
       Simbol yang digunakan oleh International Phonetics Association (IPA), bersama dengan beberapa alternatif tradisional ditinajau oleh ahli bahasa di Amerika Serikat.
Menggunakan alfabet fonetik, yang dapat merekam serangkaian fonem dalam suatu ucapan, bahkan jika sumber bahasa tidak diketahui. String simbol dapat diucapkan oleh siapa saja yang berdiri di bawah alfabet fonetik klasifikasi fitur artikulatoris dari Consonan dalam bahasa Inggris muncul dalam table berikut. Tempat artikulasi di plot di bagian atas gambar, bagaimana udara terhambat di plot di sisi kiri. Ini akan membantu untuk diskusi jika Anda akan membiasakan diri dengan istilah dan simbol pada tabel. Konsonan adalah suara yang menghalangi aliran udara sebentar. Berhenti adalah / p, b, t, d, g, k / seperti yang mungkin Anda mengartikulasikan di tepuk, kelelawar, sampai, dill, baik, dan bisa. Seperti yang Anda katakan dengan lantang kata-kata, perhatikan bahwa setiap terhambat atau berhenti di sebuah cara yang berbeda. /b/p/ berhenti, dibuat dengan kedua bibir, yang bilabials. Punggung bukit di belakang gigi, punggung alveolar, digunakan untuk menghasilkan / t, d /. The bagian belakang langit-langit di bagian belakang mulut digunakan untuk menghasilkan k tak terucap dari pasangan ini dihasilkan dengan cara yang sama tetapi tanpa aktivasi pita suara.
        Konsonan / I, f / yang tepat disebut cairan karena mereka tidak benar-benar berhenti aliran udara atau mengeluarkan bunyi terburu-buru. Contoh kedua liq UID ¬ akan menjadi suara awal dalam berbohong dan gandum hitam. Cross-bahasa, / r / ¬ pro dapat diproduksi dalam sikap yang berbeda. Dalam bahasa Inggris, hal itu dilakukan oleh cupping lidah, tetapi dalam bahasa Perancis atau Spanyol, lidahnya bergetar atau mengepakkan cepat. The meluncur / M, W, y / diberi nama untuk cara mereka meluncur ke posisi menuju atau menjauh dari vokal, sebagai / M / di mana, / w / di tukang sihir, dan / y / dalam Yuu. Dengan kata, meluncur harus baik didahului oleh atau diikuti oleh vokal. Meluncur adalah transisi suara kadang-kadang kembali ferred sebagai semivokal.

Makalah Penelitian

PENGUMPULAN DATA DENGAN TEKNIK OBSERVASI PARTISIPASI
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
 Oleh  Bohri Rahman
1.      PENDAHULUAN
Pada sebuah penelitian, data adalah hal yang termat penting. Karena sesungguhnya sebuah penelitian merupakan kajian terhadap data-data dari suatu penomena yang alamiah atau rekayasa manusia. Karena itu kevalidan data  akan sangat menentukan hasil akhir sebuah penelitian. Di sinilah teknik pengumpulan data  menjadi penting. Karena hanya dengan teknik pengumpulan data yang benar yang akan menghasilkan data yang benar.
Demikian juga halnya dengan penelitian Bahasa yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagai sebuah pendekatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh parapeneliti di bidang-bidang sosial. Pendekatan kualitatif sebagaimana juga penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif sangat mementingkan data yang akurat dengan menggunakan teknik yang akurat pula.
Dalam penelitian kualitatif terkadang terjadi relasi yang sangat kuat antara teknik pengumpulan  data dengan teknik analisis data. Akan  tetapi dalam makalah ini saya akan membahas teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi partisipasi secara terpisah dari teknik analisis data, dengan tujuan dapat lebih memahami teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi partisipasi dalam penelitian kualitatif. 
2.      Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
Fraenkel dan Wallen (2007:449)  menyebutkan bahwa penelitian kualitatif menggunakan tiga bentuk teknik dalam pengumpulan data, yaitu (1) teknik observasi partisipasi, (2) teknik wawancara mendalam, dan (3) teknik analisis dokumun. Sementara itu, Bugin (2008:108) menambahkan teknik tersebut yaitu (4) bahan visual, dan (5) penelusuran bahan internet. Dalam makalah ini saya hanya akan membahas bentuk teknik pengumpulan data nomor 1 saja, yaitu teknik observasi pastisipasi. Dengan tujuan untuk lebih mendalami dan memahami teknik pengumpulan data yang dimaksud.
3.      Teknik Observasi Partisipasi
Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan pengindraan yang dilakukan manusia (pengamat), dimana dalam pengindraan tersebut pungsi pengelihatan sangat mendominasi,  sementara alat-alat indra yang lain seperti telinga, hidung dan lainnya berperan sebagai pembantu  (Bugin,2007:115). Jadi, dapat dikatakan bahwa seorang pengamat dalam melakukan pengamatan tidak hanya menggunakan pungsi pengelihatan saja,  melainkan juga menghubngkan apa yang dilihatnya dengan hasil kerja indra lain, seperti apa yang didengarnya, apa yang diciumnya, dst.
Berdasarkan pemahaman observasi di atas maka yang dimaksud dengan teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bugin,2008:115).
Menurut Bugin (2008:115) Pengamatan baru akan dikatakan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memenuhi kriteria berikut:
a.      Pengamatan digunakan dalam penelitian dan sudah direncanakan.
b.      Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
c.       Pengamatan dicatatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik bagi peneliti.
d.      Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
Dalam pelaksanaannya, teknik ini merupakan suatu yang  dilematis, karena pengamat harus terjun langsung dan hidup bersama dengan objek yang diobservasinya. Masalah lain yang sering muncul adalah mengenai pencatatan temuan pengamat. Apabila pengamat melakukan pencatatan langsung, seringkali objek observasi terkesan membuat-buat apa  yang dilakukannya. Atau mungkin juga mereka (objek observasi)  akan menolak untuk diobservasi. Namun jika pengamat tidak melakukan pencatatan secara langsung kemungkinan besar pengamat tidak secara lengkap mendeskripsikan temuannya.
Kaitannya dengan hal yang seperti di atas, maka pengamat sangat perlu memperhatikan dan membina hubungan sebaik mungkin dengan objek observasinya. Dengan demikian suasana  yang mendukung terciptanya observasi akan terwujud.  Obyek observasi tidak merasa curiga pada pengamat. Tapi, kadang kala hubungan yang baik juga bisa membuat pengamat lupa pada keterbatasan waktu dan keterbatasan partisipan itu sendiri. Oleh karena itu, kesadaran diri pengamat sangat dibutuhkan agar tujuan observasi yang dilakukan dapat tercapai dengan baik. Jenis observasi lain yang dapat termasuk observasi partisipasi adalah :
a.      Teknik observasi tidak berstruktur
Observasi tidak berstruktur merupakan observasi yang dilakukan tanpa panduan observasi. Dengan demikian,  pada observasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu obyek.
b.      Observasi kelompok
Bentuk lain dari observasi adalah observasi kelompok. Bentuk observasi ini dilakukan secara berkelompok untuk mengamati suatu objek atau beberapa objek sekaligus.
Dalam melakukan observasi, pengamat harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
a.      Hal apa yang hendak diamati
Seorang pengamat  yang datang ke lapangan dengan tujuan untuk meneliti terkadang akan mengalami kebingungan dalam melakukan pengamatannya. Karena sering kali suasana objek pengamatan tidak sama dengan apa yang dibayangkan oleh si pengamat.  Dalam kondisi ini, pengamat akan dituntut harus mampu mengerucutkan permaslahan yang ia temukan kemudian ia kaitkan dengan tujuan penelitian.  Dalam kondisi inilah pengamat harus mampu dengan cermat menentukan hal-hal apa yang hendak diamati, yang merupakan penjabaran dari tujuan penelitian.
b.      Bagaimana mencatat pengamatan
Bugin(2008:118) menyebutkan paling tidak ada tiga kesulitan pengamat ketika harus mencatat apa yang diamatinya, yaitu:
1.      Apabila peristiwa yang diamati berlangsung dengan amat cepat.
2.      Pencatatan biasanya akan mengganggu pengamtan karena harus membagi perhatian.
3.      Obyek pengamatan menunjukkan sikap mengubah diri, bahkan keberatan apabila tahu bahwa dirinya diamati dan dicatat.
Berdasarkan kesulitan-kesulitan tersebut menurut Bugin (2008:118) pengamat harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1). Waktu pencatatan
Waktu yang paling baik untuk mencatat semua kejadian adalah pada saat kejadian itu berlangsung. Karena hal ini dapat menghindari bias akibat kealpaan pengamat. Tetapi pengamat tentunya harus dapat meyakinkan partisipannya agar mau diamati dan memastikan bahwa pengamatan yang dilakukan tidak berbahaya bagi partisipan.
2). Cara mencatat
Apabila pencatatan tidak mungkin dilakukan secara langsung. Maka pencatatan yang dilakukan sebaiknya dengan mencatat kata-kata kunci. Selanjutnya kata-kata kunci itu nantinya akan dijabarkan kembali dengan sebaik mungkin oleh pengamat.
3). Mencatat di sela pengamatan.
Mencatat di sela-sela pengamatan merupakan alternative bagi pengamat yang tidak mungkin mencatat tiap kejadian secara langsung kerena kegiatan tertentu. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari bias sebagai akibat kealpaan pengamat sendiri.
a.      Alat bantu pengamatan
Untuk menjaga kevalidan data, seorang pengamat sebaiknya menggunakan alat bantu pengamatan seperti kamera, atau tape rekorder.  Namun demikian pemakaian alat bantu pengamatan ini juga tidak terlepas dari masalah-masalah.  Terutama menyangkut masalah bagaimana alat tersebut dapat berfungsi dengan baik tampa mengganggu objek pengamatan. Ada beberapa kesulitan mendasar dalam hal ini yaitu diantaranya :
1)      Apakah alat bantu berfungsi dengan sebaik-baiknya.
2)      Apkah penggunaan alat bantu tidak akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku objek yang diamati.
3)      Apakah penggunaan alat bantu efektif, atau malah dapat mengubah situasi pengamatan.
b.      Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati.
Pada pengamatan yang objeknya bukan manusia masalah subjektivitas tidaklah menjadi masalah yang penting. Akan tetapi lain halnya untuk pengamatan yang objeknya manusia. Pada pengamatan yang objeknya manusia kemungkinan subjektivitas yang dilakukan oleh pengamat sendiri menjadi sangat terbuka. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh kedekatan pengamat dengan subjek yang diamatinya. Keintimannya dengan subjek yang diamati akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh objeknya sehingga tindakan objek tidak lagi terjadi secara alamiah, sesuai yang ingin diketahui oleh pengamat.
Tetapi disisi lain. Masalah akan muncul, ketika pengamat hidup dilingkungan objek pengamatan sebagai orang asing dengan tingkah laku yang aneh. Hal ini akan mendatangkan kecurigaan pada objek pengamatan sehingga mereka bias jadi menolak untuk diamati. Atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan tindakan yang alami.
Disinilah pengamat harus benar-benar bisa menempatkan dirinya. Pengamat harus bisa menjaga jarak dirinya dengan objek yang diamatinya. Salah satu caranya adalah dengan mendekati tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berperan disana agar kecurigaan itu dapat terhindarkan.
4.      Kelebihan dan Kekurangan Teknik Observasi
1.      Kelebihan Observasi
Menurut Satori dan Komariah (2009:125) teknik observasi memiliki banyak klebihan, diantaranya adalah:
a.      Peneliti mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga data yang diperoleh akurat.
b.      Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
c.       Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalaman.
d.      Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks
e.      Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan konstribusi dengan mengijinkan untuk diobsevasi.
f.        Observasi memungkinkan untuk pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan oleh teknik lain.
2.      Kekurangan Observasi
Kekuarangan teknik observasi antara lain sebagai berikut:
a.      Memakan waktu yang lama.
b.      Tergantung pada kepiawaian pengamat.
c.       Pengamat bisa mempengaruhi prilaku partisipan.
d.      Pengamat yang berperanserta kurang memiliki waktu untuk mencatat hasil pengamatannya.
e.      Observasi kadang menghasilkan data yang kadang tidak sistematis sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.
5.      Validitas dan Relibilitas Observasi
Data  yang diperoleh dengan teknik observasi memang rentan bias seperti sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Kevalidan data hanya bisa dijaga pada saat pencatatan berlangsung. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengamat ketika melakukan pengamatan antara lain menurut Prodait (Satori dan Komariah,2009:128):
1.      Peneliti selalu siaga dengan catatan lapangan sehingga setiap tambahan atau kejadian tak biasa bisa dicatat.
2.      Catatan lapangan biasanya ditulis setelah observasi dan saran dibuat sedini mungkin karena karena ingatan mengenai kejadian masih sangat segar.
3.      Mengobservasi dengan menggunakan satu jadwal akan membantu peneliti menekan ketidak pastian.
4.      Relibilitas observasi berasal dari konsistensi pengamat.
5.      Idealnya, lebih dari satu orang pengamat yang hadir pada sebuah kejadian dengan demikian akan ada kesepakatan anatara pengamat mengenai apa yang telah terjadi dan bagai mana pengkodeannya.
6.      DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bugin, Burhan. Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana
Fraenkel, jack R. dan Wallen, Norman E. How to Design and Evaluate Research in
       Education. New York: Mc Graw Hill.
Sarwono, jonatan. Metide Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Rosda Karya





















PENGUMPULAN DATA DENGAN TEKNIK OBSERVASI PARTISIPASI
DALAM PENELITIAN KUALITATIF











OLEH: BOHRI RAHMAN
NIM: 0909618

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010